SAMARINDA- -
Wakil Gubernur Kalimantan Timur HM Mukmin Faisyal HP mengatakan pendidikan
multikultur menjadi salah satu perekat kemajemukan dan menghargai proses
pengembangan semua potensi dan pluralitas serta heterogenitas masyarakat.
Melalui siaran
pers yang diterima di Samarinda, Minggu, disebutkan pluralitas dan
heterogenitas hendaknya menjadi kesadaran yang ditanamkan secara sistematis
bagi para peserta didik bahwa sesama warga sama-sama memiliki hak untuk
memperoleh pendidikan dan bebas menentukan pilihan pendidikan.
Pada pembukaan The 14th Annual International Conference on Islamic Studies
(AICIS/Konferensi Kajian Ilmiah Mahasiswa Islam Internasional) di Balikpapan ia
mengatakan pendidikan multikultur diharapkan mampu menempatkan diri peserta
didik sebagai bagian dari keseluruhan dan bertanggungjawab menjaga keharmonisan
dan kedamaian menuju kesejahteraan bersama.
Selain itu,
katanya, pendidikan multikultur salah satu cara menyelamatkan krisis identitas
kebudayaan. Multikultur sebagai fitrah tetap akan ada sepanjang zaman dan
memiliki banyak kearifan yang diharapkan mampu bertahan dan tidak tertelan
kultur global.
Ia mengatakan
pendidikan multikultur merupakan sistem yang dapat menghargai, mengkonservasi
dan melestarikan berbagai kultur demi keluhuran watak dan peradaban manusia,
terutama dalam menghadapi masuknya kultur-kultur (budaya) pada era globalisasi
saat ini.
"Melalui
pendidikan multikultur maka berbagai pengaruh negatif yang terbawa arus
globalisasi baik budaya dan informasi dapat disaring dengan tetap memuliakan
pengaruh positif pada masing-masing kultur," ujarnya.
Dalam kesempatan
itu Mukmin berharap konferensi mampu menghasilkan pemikiran dan formulasi jelas
tentang implementasi pendidikan multikultural menurut konsepsi Islam baik dari
sisi tujuan pendidikan, kurikulum, metodologi maupun evaluasi.
"Pengembangan
pemikiran dan formula implementasi pendidikan multikultur hendaknya merujuk
pada dalil-dalil yang tersurat maupun tersirat dalam Al Quran. Pada dasarnya,
multikulturalisme sudah diserukan Islam baik untuk kedamaian maupun kerja sama
antar umat beragama, ujar Mukmin.
Konferensi
kajian ilmiah yang dibuka Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin digelar selama
empat hari sejak 21-24 November diikuti 1.600 peserta dari mahasiswa IAIN
seluruh Indonesia dan enam negara (Marokko, Mesir, Inggris, Belanda, Amerika
Serikat, Australia, Malaysia dan Qatar), demikian dikutip dari
antaranews.com.(***)