Pembelajaran membaca merupakan kegiatan yang melibatkan aspek berpikir,
emosional atau psikis, bahkan fisik seorang pembaca juga terlibat. Dari segi
fisik misalnya pembaca akan menggunakan tangan untuk membalik bacaan halaman
demi halaman atau mengikuti baris bacaan dengan jari, melihat huruf demi huruf
dengan mata dan melafalkan bacaan dengan lidah atau sekedar dalam hati. Dalam
mengenal simbol-simbol bacaan seorang pembaca membutuhkan daya ingat atau
kemampuan berpikir. Sedangkan kondisi kejiwaan sangat menentukan keberhasilan
dalam membaca sebab membaca memerlukan ketenangan, rasa aman, tidak tertekan,
dan sebagainya. Berdasarkan aspek-aspek membaca di atas terlihat betapa rumit
dan kompleksnya kegiatan membaca.
Pembelajaran membaca di SD di mulai dari kelas rendah yaitu kelas I dan
kelas II dengan kegiatan membaca yang disebut dengan membaca permulaan. Pada
tahap membaca permulaan tuntutan utama yang diharapkan pada siswa adalah
kecakapan untuk mengubah rangkaian-rangkaian bunyi bermakna. Sedangkan untuk
siswa yang duduk di kelas III., IV, V dan VI disebut dengan membaca lanjutan,
adapun aspek yang diharapkan dari membaca lanjutan ini adalah melatih siswa
menangkap pikiran dan perasaan orang lain yang di lahirkan dengan bahasa
tulisan dengan tepat dan teratur. Dalam menangkap pikiran dan perasaan orang
lain diperlukan suatu pemahaman jadi pada kelas-kelas tinggi kegiatan membaca
dilakukan untuk pemahaman bahan bacaan,
bukan sekedar melafalkan simbol.
Bahan bacaan yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca di SD dibagi
berdasarkan perkembangan siswa yaitu: 1)
buku bacaan pusparaga yang berisikan bermacam-macam teks atau wacana; 2)
buku bacaan cerita bersambung yang terbagi atas yang mempunyai nilai pendidikan
dan yang mengandung berbagai ilmu; 3) buku-buku bacaan pelajaran seperti IPA,
IPS, Matematika dan sebagainya; 4) buku bacaan motografi, misalnya roman anak-anak;
5) buku bacaan yang bercorak satra; 6) buku bacaan yang bercorak kesusilaan,
seperti riwayat orang-orang besar. Serta dapat ditambahkan sumber-sumber lain
yang cocok dengan perkembangan siswa seperti koran dan sebagainya.
Pemahaman bacaan merupakan suatu sikap berusaha mengeluarkan pikiran
untuk mengerti dan mengetahui proses isi, maka pemahaman bacaan setiap orang
tidaklah sama karena berhubungan dengan tingkat IQ atau daya pikir tiap-tiap
orang yang tidak sama. Maka kemampuan membaca juga terbagi pada tingkat-tingkat
tertentu, mulai dari yang rendah sampai yang tinggi yaitu: 1) kemampuan membaca
literal yang hanya mengenal dan menyatakan unsur-unsur tersurat dalam bacaan(reading the lines); 2) kemampuan membaca
kritis yaitu kemampuan mengolah bahan bacaan baik tersurat maupun tersirat
dengan sikap kritis(reading btween the
lines and reading beyond the lines); 3) kemampuan membaca kreatif
merupakan kemampuan menghubungkan hasil
yang di baca dengan konteks kehidupan yang luas.
Pada tingkat membaca kritis seorang pembaca dituntut memiliki kemampuan
membaca sebagai berikut: 1) Kemampuan mengingat dan mengenali; 2) Kemampuan
menginterpretasi; 3) Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep bacaan; 4)
Kemampuan menganalisis bacaan; 5) Kemampuan membuat sintesis. Untuk siswa
sekolah tingkat kemampuan membaca kritis siswanya diperkirakan pada tahap
menginterpretasi secara kritis, menganalisis secara kritis, dan mengorganisasi
secara kritis sedangkan untuk menilai dan menerapkan konsep secara kritis
sebagian besar siswa diperkirakan belum sampai pada kemampuan tersebut karena
mempertimbangkan perkembangan anak.
Strategi membaca yang dapat dimanfaatkan dalam membaca secara kritis di
antaranya adalah strategi KWL. Strategi KWL merupakan suatu strategi yang
menggunakan tiga kolom untuk membantu pemahaman membaca siswa yaitu singkatan
dari K (know) atau apa yang pernah di
ketahui siswa tentang topik, W (Want
learned) pengembangan lebih lanjut dari apa yang diketahui tersebut dan L (Learned) yang merupakan hasil dari pembelajaran
pada tahap W. dengan kata lain strategi
KWL ialah suatu teknik membaca kritis dimana pembaca mengingat terlebih dahulu
apa yang telah diketahui, melakukan pembacaan, akhirnya mengetahui apa yang
telah di peroleh dari pembacan yang dilakukan dengan mengaitkan pengetahuan
sesudah dan sebelum membaca. Adapun langkah-langkah strategi membaca KWL adalah
sebagai berikut: Langkah pertama,
tahap Know (K). Merupakan kegiatan
sumbang saran pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa sebelumnya tentang
materi yang diajarkan. Hasil dari sumbang saran tersebut berupa konsep-konsep
yang kemudian diklarifikasikan dan dihimpun pada kolom K sebagai sesuatu yang
diketahui. Langkah kedua, tahap I Want to know (W). Maksudnya apakah yang ingin saya pelajari. Dalam
langkah ini guru menuntun siswa menentukan tujuan khusus siswa. Guru memotivasi
minat, rasa ingin tahu, ketidakjelasan selama langkah pertama dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan dari
siswa. Pertanyaan-pertanyaaan yang muncul diformulasikan dan ditulis dipapan
tulis dan tepatnya dikolom W, dan siswa disuruh memulai membaca sumber untuk
membantu menemukan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang muncul. Langkah ketiga, tahap What I have Learned (L).Merupakan
kegiatan yang terjadi setelah membaca dan merupakan kegiatan tindak lanjut
pembahasan dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada tahap Want sebelumnya, gunanya adalah untuk memperluas
dan menemukan seperangkat tujuan membaca. Dalam tahap ini siswa atau guru
didepan kelas mencatat informasi yang telah dipelajari, mengidentifikasi sisa
pertanyaan yang belum terjawab dan guru
memberi penekanan terhadap hasil pembelajaran dan akhirnya pelajaran
disimpulkan dengan terhimpun dalam kolom What
I have Learned (L) atau apa-apa yang telah saya dipelajari.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam kesuksesan strategi KWL ialah guru
menyediakan format KWL dan mampu menjelaskan langkah-langkah penggunaan format
tersebut kepada siswa.
Dalam kamus
umum Bahasa Indonesia kritis diartikan sebagai sutau usaha untuk menemukan
kesalahan atau kekeliruan. Menurut Soedarso (2005:31) membaca kritis adalah
cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Pembaca tidak sekedar
apa yang ada tetapi ia bersama-sama penulis berpikir tentang masalah yang
dibahas, membaca secara kritis kita harus mampu membaca secara analisis dan
dengan penilaian.
Aspek-aspek berpikir kritis yang perlu dikuasai oleh
seorang pembaca adalah kemampuan-kemampuan sebagai berikut: a) menginterpretasi secara khusus; b)
menganalisis secara kritis; c) mengorganisasi secara kritis; d). menilai secara
kritis; e) menerapkan konsep secara kritis (Nurhadi, 2005;143).
Berdasarkan tingkat-tingkat kemampuan membaca kritis
diatas, kemampuan pada tingakat a sampai tingkat c diperkirakan mampu dimiliki
anak-anak yang duduk dikelas tinggi khususnya kelas VI. Adapun kemampuan
menilai secara kritis dianggap sulit untuk dikuasai anak-anak usia 10-12 tahun,
karena anak pada usia tersebut masih berada dibawah tahap menilai secara
objektif, namun tidak tertutup kemungkinan ada sebagian kecil anak yang sanggup
memberikan penilaian secara kritis. Sama halnya tingkat penerapan konsep secara
kritis dengan arti mampu menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan
kehidupan sehari-hari, minimal memanfaatkan atau menghubungkan dengan
kepentingannya sebagai bagian dari kehidupan nyata. Meskipun sebagian anak
sanggup melakukan hal yang demikian akan tetapi belum masuk pada tingkat kritis
. Biasanya orang yang telah sampai pada tahap membaca tingkat kritis akan
menerapkan konsep secara kritis pula yang disebut dengan pembaca kreatif
(Nurhadi, 2005:144).
Hal yang sangat diperlukan dalam membaca kritis adalah
perlu mempunyai latar belakang yang luas dan pengetahuan yang mendalam (Soedarso, 2005:72). Kemampuan tersebut
sangat beralasan kuat karena tidak mungkin seseorang tanpa latar belakang dan
pengetahuan yang mendalam dapat mengevaluasi, mempertimbangkan, menguji alasan
dan menilai pendapat penulis dengan mempresentasikannya berdasarkan landasan
yang ada.
Nurhadi (2005:145) mengemukakan hal-hal untuk melatih
diri dalam meningkatkan sikap kritis
yaitu :
a)
Kemampuan mengingat dan mengenali yaitu kemampuan mengenali ide pokok paragraf,
kemampuan mengenali tokoh-tokoh cerita dan staf-stafnya, kemampuan mengatakan
kembali ide pokok paragraf, kemampuan mengatakan kembali gagasan utama bacaan,
kemampuan memngatakan kembali fakta-fakta atau detail bacaan, dan kemampuan
mengatakan kembali unsur-unsur perbandingan unsur hubungan sebab akibat,
karakter tokoh dan sebagainya.
b)
Kemampuan menginterpretasi setingkat dengan pemahaman
(komprehensif) pada aspek berpikir kognitif yaitu menemukan makna yang lebih
dalam yang terkandung di balik-balik barisnya. Maka kemampuan yang perlu
ditingkatkan adalah kemampuan menafsirkan ide pokok paragraf, kemampuan
menafsirkan gagasan utama bacaan, kemampuan menafsirkan ide-ide penunjang,
kemampuan membedakan fakta-fakta atau detail bacaan, kemampuan memahami secara
kritis hubungan sebab akibat dan kemampuan memahai secara kritis unsur-unsur
perhitungan.
c)
Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep bacaan meliputi
kemampuan mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan, kemampuan menerapkan
konsep-konsep atau gagasan-gagasn utama bacan kedalam situasi baru yang
problematik dan kemampuan menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan
situasi yang dihadapi.
d)
Kemampuan menganalisis isi bacaan
Kemampuan menganalisi (meneliti) isi bacaan yang dimaksud adalah
kemampuan pembaca melihat komponen-komponen atau unsur-unsur yang membentuk
sebuah penjabaran, kesatuan yang meliputi gagasan utama, kesimpulan-kesimpulan,
pernyataan dan sebagainya. Kemampuan menganalisi inti bacaan ini meliputi
hal-hal sebagai berikut, kemampuan memberikan gagasan utama bacaan, kemampuan
memberikan detail-detail atau fakta penunjang, kemampuan mengklasifikasikan
fakta-fakta, kemampuan membandingkan contoh gagasan yang ada dalam bacaan dan
kemampuan membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam gagasan.
e)
Kemampuan membuat sintesis
Kemampuan membuat sintesis adalah kemampuan pembaca melihat kesatuan
gagasan melalui bagian-bagiannya, contoh suatu kesimpulan bacaan yang merupakan
inti dari keseluruhan paparan teks bacaan. Kesimpulan kadang kala harus dibuat
sendiri oleh pembaca, aspek-aspeknya meliputi
yaitu kemampuan membuat kesimpulan bacaan, kemampuan mengasimilasikan
gagasan utama bacaan, kemampuan menentukan tema bacaan, kemampuan menyusun
kerangka bacaan, kemampuan menghubungkan data-data sehingga diperoleh
kesimpulan dan kemampuan membuat ringkasan.
Kemampuan Menilai Bacaan
Kemampuan menilai isi bacaan adalah kemampuan tertinggi
pada tingkat intelektual seorang pembaca. Seorang pembaca yang telah mampu dan
terbiasa curiga (kritis dalam menilai) terhadap segala sesuatu yang dibaca
adalah pembaca yang telah mencapai tingkat membaca yang paling kritis. Menurut
Hernowo (2003:176) kemampuan tersebut meliputi :
1)Kemampuan
menilai kebenaran gagasan utama atau ide pokok paragraf atau bacaan secara
keseluruhan; 2) Kemampuan menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah
fakta atau sekedar opini saja; 3) kemampuan menentukan bahwa sebuah bacaan
diangkat dari realitas atau dari fantasi pengarang; 4) kemampuan menentukan
tujuan pengarang dalam menulis karangannya; 5) kemampuan menentukan relevansi
antara tujuan dengan perkembangan gagasan; 6) kemampuan menentukan keselarasan
antara data yang diiginkan dengan kesimpulan yang dibuat; 7) kemampuan menilai
keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik dalam tatanan kata, frase, atau
penyusunan kalimat.
Dari tingkat-tingkat kemampuan di atas diketahui bahwa
tingkat kritis seseorang dalam memahami suatu bacaan tidak sama melainkan
berjenjang dari yang biasa sampai paling kritis sebagimana tingkat-tingkat
intelektual seseorang (IQ) ada yang rendah dan ada pula yang tinggi.
Dalam proses membaca kritis dibutuhkan langkah-langkah
membaca sedikit berbeda dengan langkah-langkah membaca biasa. Soedarso
(2005:72) mengemukakan langkah-langkah tersebut adalah :
1) Mengerti isi bacaan. Mengenali
fakta-faktanya dan menginterpretasikan apa yang akan dibaca meliputi : a) Mengerti benar ide pokoknya; b)
Mengetahui fakta dan detail pentingnya; c) Dapat membuat kesimpulan dan
instropeksi dari ide-ide itu. Untuk meningkatkan pemahaman itu gunakan pertanyaan-pertanyaan
seperti: Mengapa merupakan fakta? Apakah hubungan dengan faktor-faktor ini? Dimana
persamaannya? Dimana perbedaannya? Dan sebagainya; 2) Menguji sumber penulis seperti:
Apakah dapat dipercaya? Cukup akuratkah? Kompetenkah dibidangnya? 3)Ada interaksi antara penulis dan pembaca a)
Mengerti maksud penulis; b) Membandingkan pengetahuan yang dimiliki penulis
lain dengan isi bacaan; 4) Menerima atau menolak Dengan mengemukakan
pilihan-pilihan antara lain :
Mempercayai, mencurigai, meragukan, mempertanyakan, menolak dan
sebagainya.
Dari langkah-langkah membaca kritis diatas pengetahuan dan wawasan selalu dibutuhkan
dalam berpikir kritis. Dan pembaca kritis yang menjalankan langkah-langkah ini
tidak akan mudah tertipu begitu saja dengan apa yang tertulis melainkan mampu
membuat penilaian untuk dirinya, untuk pihak lain tetapi harus terbuka terhadap
gagasan orang lain.